Membicarakan seni lukis Kamasan sebagai
salah satu manifestasi percampuran antara seni lukis tradisi
Indonesia dengan pengaruh Barat, tidak lepas dari perkembangan peradaban
bangsa Indonesia itu sendiri. Berdasarkan catatan sejarah Indonesia
menunjukan bahwa sebelum munculnya pengaruh Hindu di Bali, masyarakat
Bali di masa lampau telah meletakan dasar yang kuat bagi perkembangan
kebudayaan Bali selanjutnya dan ternyata telah turut memperkaya
kebudayaan bangsa Indonesia. Untuk mengetahui dasar-dasar kebudayaan
Bali, harus dicari kembali di dalam zaman prasejarah Bali yang
merupakan awal sejarah masyarakat Bali selanjutnya.
Kalau pada zaman
Dharmawangsa sampai zaman Majapahit berkembang sastra kekawin
Mahabharata dan Ramayana serta kidung Panji, pada zaman raja-raja Bali
kakawin dan kidung diperbanyak oleh pujangga Istana, termasuk
terjadi transformasi sastra kekawin dan kidung menjadi sekar macepat,
suatu pengalihan sastra kawi menjadi sastra Bali dalam bentuk
puisi tembang. Diduga saat itulah muncul peparikan Adiparwa,
Bharatayuda, Narasoma, dan Bomantaka yang diciptakan berdasarkan
wiracarita Mahabharata.
Pada zaman pemerintahan
Dalem Waturenggong, datanglah seorang pendeta dan sastrawan dari
Majapahit, yang bernama; Danghyang Nirartha yang memperkenalkan
arsitektur Pura (tempat persembahyangan ) dan Puri (sebagai Istana
Raja). Selain itu Danghyang Nirartha telah meninggalkan sejumlah karya
dalam bentuk lontar. Pertumbuhan dan perkembangan kesenian pada saat itu
ditandai dengan tumbuhnya pusat kesenian di sekitar Istana. Seni yang
muncul saat itu merupakan seni keagamaan (religi), dan seni untuk puri
(seni keraton). Selain Penciptaan karya seni di atas, kemudian menjadi
semakin kompleks, pada masa itu alat-alat perlenggkapan sesajen, seperti
lamak, lis, tamiang, penjor, dan bentuk-bentuk jejahitan yang lain
dibuat dari daun kelapa atau daun lontar yang ditata, dirangkai menjadi
semakin rumit dan artistik. Upacara-upacara dibuat lebih besar untuk
mengagungkan kekuasaan raja dan kemakmuran rakyat, termasuk pembuatan
perlengkapan alat ngaben yang disebut petulangan, seperti; lembu, gajah,
mina, singa, macan, bebean, geganjan, peti mas, bekang, dan bentuk
binatang lainya, serta bade atau wadah (menara) dibuat sangat megah
sebagai ekspresi karya seni yang bermutu. Bahan-bahannya dibuat dari
bambu, kayu, kertas warna-warni, kertas mas dengan jenis-jenis ukiran
yang menarik. Meninjau perkembangan seni lukis Bali pada masa kejayaan
raja-raja Bali, dewasa itu muncul gaya Kamasan, karya lukis berbentuk
ornamen dari wayang yang temanya diambil dari Mahabharata dan Ramayana.
Teknik pemecahan ruang dan komposisinya menyerupai pertunjukan wayang
kulit di atas kelir. Lukisan wayang ini berperan juga dalam bangunan
pura dan puri sebagai penghias langit-langit, sebagai gambar dinding,
atau sebagai lukisan alat ritual, seperti lelontek dan ider-ider.
Dalam perkembangan lebih
lanjut, kontak Bali dengan dunia Barat, yang ditandai dengan jatuhnya
Bali ke tangan Belanda pada tahun 1906-1908. Kedatangan Belanda telah
mempengaruhi kehidupan masyarakat Bali yang tadinya lamban, bersifat
tradisional, dihadapkan kepada hal-hal yang sama sekali baru, cara
berpikir rasional serba cepat. Dalam hal ini diperkenalkan sistem
pendidikan, didirikan sekolah-sekolah, sistem pemerintahan, gedung
perkantoran dengan gaya Belanda, serta muncul pula motif hias yang
disebut patra Holanda.
Sejalan dengan pertumbuhan
dan perkembangan kebudayaan Bali, pada tahun 1930-an kesenian Bali,
seni rupa khususnya mengalami perubahan bentuk dan isi. Apabila di
zaman raja-raja Bali, pusat kesenian berada di Klungkung dan sekitarnya,
pada masa pemerintahan Belanda pusat kegiatan seni rupa berpindah ke
Ubud, Gianyar. Perpindahan ini membawa akibat perubahan gaya dan tema
terhadap perkembangan seni rupa Bali. hal ini ditandai oleh kedatangan
dua pelukis, Walter Spies yang berkebangsaan Jerman, dan Rudolf Bonnet,
berkebangsan Belanda yang menetap di Ubud.
Berdasarkan perkembangan
sejarah kebudayaan Bali, dari zaman pra-sejarah, zaman raja-raja di
Bali, maupun pada zaman pemerinhan Belanda dapat memberikan gambaran
kepada kita terkait dengan topik yang akan dibahas, dalam hal ini dapat
ditelusuri bagaimana tradisi-tradisi kebudayaan Jawa Hindu dapat
berkembang dengan baik ke dalam kebudayaan Bali, khususnya dalam bidang
kesenian. Dan perkembangan lebih lanjut dengan datangnya dua tokoh
seniman Barat, membuat kesenian Bali (seni rupa, seni pahat, seni
lukis), menjadi lebih dinamis.
dikutip dari http://www.isi-dps.ac.id/berita/seni-lukis-kamasan-sebagai-salah-satu-manifestasi-percampuran-antara-seni-lukis-tradisi-indonesia-dengan-pengaruh-barat